Sejarah Sabun
Sebelum Tarikh Masehi, hanya
ada sedikit bukti tentang pemakaian sabun untuk kebersihan pribadi. Orang Yunani dan belakangan
orang Romawi biasanya menggunakan minyak wangi untuk membersihkan tubuh mereka.
Kemungkinan mereka mempelajari seni membuat sabun dari orang Kelt. Dalam
karyanya Natural History, penulis Romawi abad pertama yakni
Plinius Tua menggunakan kata saipo dari bahasa Gaul; konon dari kata
itulah muncul kata ”savon” dalam bahasa Prancis dan ”sabun” dalam
bahasa Indonesia.
Produksi Sabun Masa Awal
Salah satu resep terperinci yang pertama
untuk sabun terdapat dalam himpunan rahasia dagang para perajin abad ke-12.
Selama bertahun-tahun, proses kimiawi untuk produksi sabun pada dasarnya masih
tidak berubah. Minyak dan lemak dari berbagai sumber direbus dengan larutan
alkalin kaustik dalam suatu proses yang menghasilkan sabun mentah. Reaksi ini
disebut saponifikasi.
Tidak mengherankan apabila mutu
sabun yang dihasilkan bergantung pada bahan yang digunakan. Abu kayu dan lemak
binatang digunakan dalam pembuatan sabun masa awal, dan pemukim kolonial di
Amerika Serikat menggunakan ramuan ini untuk memproduksi sabun lunak seperti
agar-agar berwarna cokelat untuk
pemakaian sehari-hari.
Secara
turun-temurun, sabun yang dihasilkan di Eropa bagian selatan dibuat dari minyak
zaitun. Para pembuat sabun di kawasan yang lebih dingin masih menggunakan
gemuk. Ada yang bahkan menggunakan minyak ikan. Meski cukup memadai untuk
mencuci pakaian, sabun ini tidak diminati untuk mandi! Meskipun begitu, gemuk
dan minyak hanyalah sebagian dari sejarah sabun.
Implikasi Teknologi terhadap iklan zaman dulu sampai zaman sekarang
Pada zaman dulu saat zaman Romawi kuno masyarakat sudah mengenal sabun, bahkan sudah diiklankan secara cetak. Uniknya,
iklan- iklan cetak tersebut ada yang berbahasa jawa krama (tingkatan bahasa
jawa yang halus). Yang paling sering membuat orang
terheran tak percaya adalah kenyataan kalau sabun mandi Lux yang telah menjadi
sabun rakyat itu sudah beredar di Indonesia sejak tahun 1930-an! Dan yang
menarik, kecantikan ala barat sudah mulai dijadikan kecantikan ideal seorang wanita.
Dalam salah satu iklan Lux tahun 1930-an, terpampang gambar seorang
wanita berbusana jawa, kebaya kutubaru dipadu kain jarik dan sanggul sederhana
di kepala. Wanita itu memandang cermin sambil memegangi pipi. Sketsa wanita
dengan kecantikan khas jawa tersebut dijejerkan dengan kalimat pernyataan
“Koelit moeka jang haloes menambah kecantikan paras njonja”. Sebuah kalimat
berbahasa Indonesia yang sesuai EYD lama. Namun anehnya, narasi di bawah foto
wanita tersebut menggunakan bahasa jawa krama. “Koelit rai ingkang aloes mewahi
saening roepi.”(versi bahasa jawa dari tagline iklan tersebut). Simak pula narasi yang mengikuti
tagline tersebut.
“Sinten
ingkang boten kepengin gadah rai aloes lan praejan ajoe? Sadengah tijang estri
harak inggih ngaosi dateng saening rai, lan seneng ta jen roepinipun sae?
Sarananipoen gampil, Saboen Wangi Lux mligi kangge ngoepakara koelit, lan jen
saben dinten ngagem Saboen Wangi Lux temtu bade bingah jalaran roepinipun saja
mindak sae sanadjan ing soewaoe koelitipoen boten aloes. Oemploekipun Sabun
Wangi Lux ingkang loemer, aloes lan njegeraken, angicalaken sakatahing rereged
ing koelit lan ing bolongan kringet kanti enggal, lan adamel segering badan lan
moeroegaken tjahja kados nem. Sesekaring film 847 ingkang ajoe-ajoe ing studio
ing Hollywood lan miljoenan tijang estri adjeg ngangge saboen wangi Lux. Tjoba
ngagema saboen wangi Lux lan kaoedija saening roepi kados sesekaring film
waoe.”
Terjemahan bebas iklan tersebut dalam
bahasa Indonesia kira- kira seperti ini.
Siapa yang tidak ingin punya wajah
halus dan paras cantik? Banyak perempuan ingin wajah yang bagus dan senang kan
jika parasnya cantik? Caranya gampang, Sabun Wangi Lux khusus untuk merawat
kulit dan jika setiap hari memakai sabun wangi Lux tentu akan senang karena
wajahnya semakin bertambah cantik walaupun tadinya kulitnya tidak halus. Busa
sabun wangi Lux yang lumer, halus, dan menyegarkan, menghilangkan banyak
kotoran di kulit dan di pori- pori dengan baru, dan membuat badan segar dan
mengembalikan cahaya wajah seperti muda. Bintang film 847 yang cantik- cantik
di studio Hollywood dan jutaan wanita selalu memakai sabun wangi Lux. Coba
pakailah sabun wangi Lux dan dapatkan wajah cantik seperti bintang film tadi.
Salah satu contoh iklan sabun pada zaman dulu
Perubahan iklan zaman dulu ke zaman sekarang, yang di buat oleh teknologi.
Sebenarnya apa yang menarik dari iklan
kuno sabun wangi Lux dibandingkan iklan sabun Lux yang sekarang sering tayang
di televisi? Dari
beberapa sisi, kita dapat menangkap kejanggalan- kejanggalan bahasa periklanan
jaman kolonial tersebut. Dari kalimat awalnya saja sudah janggal, tagline utama
berbahasa Indonesia, namun narasinya berbahasa jawa halus. Ada inkonsistensi
penggunaan bahasa. Yang kedua, bahasa persuasinya yang bertele- tele dan sangat
menjual mimpi. Tidak seperti iklan sabun Lux sekarang yang cukup memajang foto
aktris cantik berkulit indah yang dikagumi pria, iklan sabun Lux kuno secara
eksplisit mengatakan kalau kita bisa berubah menjadi seperti bintang film jika
memakai sabun Lux. Entah bagaimana tanggapan wanita jawa jaman dahulu dengan
iming- iming perubahan penampilan seperti itu, tapi wanita sekarang pasti tahu
kalau sabun mandi terbaik pun tidak mungkin seajaib itu hingga bisa
merubah wajah menjadi seperti bintang film. Sekarang hal seperti itu tidak
boleh dijadikan materi iklan karena melanggar Tata Krama dan Tata Cara
Periklanan Indonesia, asas kejujuran yang berbunyi “Iklan tidak boleh
menyesatkan, antara lain dengan memberikan keterangan yang tidak benar,
mengelabuhi, dan memberikan
janji yang berlebihan. ” Di isi iklan, pernyataan dan janji mengenai produk
harus dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Tentu janji eksplisit merubah
wajah seperti bintang film seharusnya tidak dituliskan. Kalau memakai wanita
cantik sebagai model dan orang yang menonton iklan lantas merasa terbujuk
karena berharap bisa secantik si model itu merupakan hal yang lain lagi karena
pesan menjadi cantik tidak secara eksplisit diutarakan tapi menggunakan simbol
seorang model.
Jadi teknologi zaman dulu dan zaman sekarang sangat lah berbeda jauh. Baik dari segi teknologi nya sendiri mau pun perkembangan pengetahuan masyarakat Indonesia yang sudah mengenal teknologi. Dan dilihat dari contoh di atas, iklan sabun zaman dulu sangat berbeda dengan iklan sabun zaman sekarang. Iklan sabun zaman dulu lebih menggunakan kata-kata yang bertele-tele dan menggunakan artis lokal. Jika dibandingkan dengan periklanan zaman sekarang model iklannya bisa berasal dari luar negeri agar menarik minat konsumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar